Jumat, 14 September 2012

Hashim Muhammad Al-Baghdadi



Abu Raqim, Hashim bin Muhammad bin Haji Dirbas al-Qaysi Al-Baghdadi. Beliau dilahirkan pada tahun 1335 H/1917 M di Baghdad. Sejak kecil Hasyim sangat tertarik pada kaligrafi, ia belajar kepada Maula 'Arif al-Shaykhli juga kepada Ali Sabir, akan tetapi hanya sebentar saja. Kemudian ia mulai berlatih kaligrafi di bawah pengawasan dan bimbingan Syeikh Maula 'Ali al-Fadli, yang memberinya ijazah (Sertifikat kaligrafi) pada tahun 1363 H/1943 M.

Pada 1364 H/1944 M, Hasyim pergi ke Mesir, ia tinggal di sebuah institut Kaligrafi di Kairo. Para instruktur dan administrator sangat terkesan dengan karyanya.  Yang kemudian menyertakan Hasyim untuk langsung mengikuti ujian akhir di kelas senior, ia memperoleh kehormatan duduk di kelas nomer satu. Hasyim mendapat ijazah kedua dari khattat ternama Sayyid Ibrahim-Mesir (1315/1897 - 1414/1994), dan Muhammad Husni pada tahun 1364/1944. Administrator Lembaga memintanya untuk tinggal di Mesir dan mengajar, tapi ia kembali ke Baghdad dan membuka toko kaligrafi di 1365/1946. Hasyim kemudian pergi ke Istanbul, di mana ia berkenalan dengan kaligrafi Turki, terutama Hamid Aytac, yang memberinya dua sertifikat penghargaan sebagai pengganti ijazah, satu di 1370/1950 dan satu lagi di 1372/1952. Selama empat tahun, sejak 1375/1955, ia belajar dengan Macid Ayral yang datang dari Baghdad ke Istanbul dan banyak sekali manfaat yang ia dapatkan ketika bersama Macid Ayral.

Hasyim menjabat sebagai kaligrafer di Departemen kementrian di Baghdad dari 1380/1960 sampai dia dipindahkan kepada Departemen Pendidikan, di mana ia diangkat menjadi kepala Departemen Dekorasi dan Kaligrafi.

Kaligrafi Turki sangat mempengaruhi diri Hasyim. Ia sangat mengagumi karya Hafiz Osman, muhammad sevki, Haci ahmed kamil akdik, dan hamid aytac. Kekagumannya kepada Musthafa Raqim juga begitu besar, sampai ia beri nama anaknya dengan Mushafa Raqim dan menyebut dirinya Abu Raqim. Semasa di Istanbul, Hasyim kerap kali mengunjungi Necmeddin Okyay, yang memiliki koleksi berbagai macam karya kaligrafi.

Dengan tujuan mempopulerkan seni kaligrafi, Hashim membuat koleksi potongan kaligrafi di riq'ah dan lain yang lainnya dalam berbagai skrip. Selain itu, Hasyim juga menjadi pengawas dalam penerbitan Mušhaf al-Awqaf, yang diterbitkan pertama kali oleh Departemen kementrian. Ini adalah mushaf kaligrafi yang sangat indah di tahun 1236/1821 yang ditulis oleh kaligrafer Turki Muhammad Amin Ar-Rusdi (abad ke 13/19). Mushaf ini diberikan oleh Pertevniyal, ibu dari Sultan Abdulaziz, ke Masjid Imam Besar Al-Nu'man  Bin Tsabit, yang dikenal sebagai Abu Hanifah.

Hashim menghiasi lagi awal mushaf tersebut. menomori ayat, memberi judul Al Quran, menata jumlah hizb, juz, dan ayat-ayat as sajadah dengan cara yang sesuai selera Arab. Kaligrafi Hasyim banyak terpajang di masjid-masjid dan bangunan lainnya di Baghdad dan kota-kota lainnya, yang terbuat dari fayans atau marmer, terutama di khot Jali Thuluth. Dan di atara karya-karyanya Yang paling langka adalah dalam naskah Kufi, seperti dalam Masjid 'Al-Qadir Abd al-Jilani dan Masjid Hajj Mahmud.

Hashim al-Baghdadi meninggal pada 27 Rabi'I 1393/30 April 1973 di Baghdad dan dimakamkan di Pemakaman Khayzuran.

Diterjemahkan dari: Waleed al-'A'zami, Tarajimu khattati Baghdad el-Muasirin, Beirut 1977, p.254-75 .  http://ircica.org

Sabtu, 01 September 2012

Resep Jitu Tawakkal



Suatu ketika Muhammad Bin Abi Imron mengatakaan:

Aku mendengar dari Hatim Bin Ashom. Seseorang telah bertanya kepadanya :
“wahai Hatim, apa yang mebuatmu bisa sangat betawakal kepada Allah atas segala urusanmu?”
Hatim menjawab dengan empat jawaban:

Pertama: Aku tahu bahwasanya rizqiku tidak akan bisa diambil oleh orang lain, maka aku tenang.

Kedua: aku juga tahu kalau pekerjaanku tidak akan dilakukan oleh orang lain, maka aku akan sibuk dengannya sendiri.

Ketiga: Aku juga tahu kalau kematian itu akan mendatangiku tiba-tiba, maka aku mempersiapkannya.

Dan terakhir: Aku juga tahu bahwasanya aku tidak akan lepas dari pengawasan Allah Swt dimanapun aku berada, maka aku bersikap malu kepadaNya.


*Diterjemahkan dari kitab Qhosos As-Sholihin-Muthafa Murod