“Jika
anak dibesarkan dengan celaan, maka ia akan belajar memaki dan jika anak
dibesarkan dengan pujian, maka ia akan belajar menghargai”
Aku tidak
bodoh, sebuah film melayu yang bedurasi
01:34 menit ini belum lama saya tonton. Kalau melihat tanggal rilisnya, memang sudah
sangat telat kalau saya baru menontonnya. Sebelumnya, saya sudah mendapat
rekomendasi dari temen, katanya “Eh ada film malaysia, bagus lho filmnya, beda
dari film malay lainnya”. Rasa penasaran saya pun bangkit. Karena, setahu saya
tak banyak film malaysia yang benar-benar bisa kita katakan bagus. Film yang diadaptasi
dari film Singapura yang bejudul I’m Not Stupid karya Jack Neo ini, menceritakan
tentang problematikan seorang ABG.
Rayis
bin Isham atau yang lebih akrab di sapa Roy adalah aktor utamanya. Pemuda 16
tahun yang memiliki adik lelaki bernama Jefri. Roy selalu mencoba memahami kata
neneknya yang menegaskan bahwa adat orang melayu menuntut anak yang lebih
muda harus menghormati yang lebih tua dan tidak boleh melawan, apapun alasannya.
Roy dan Jefri hidup dalam sebuah keluarga yang cukup mewah bersama ayah, ibu,
nenek dan kakek. Ibu dan bapak mereka adalah seorang workaholic. Pergi
pagi dan pulang ketika roy dan jefri telah terlelap di bawah selimut. Sekalipun
bertemu, yang mereka dapati hanya ribut-ribut antara kedua orang tuanya. Haaaah,
mereka hanya bisa menarik napas panjang.
Dalam
film ini diceritakan, bapak Roy adalah seorang pengusaha, dan ia sangat percaya
kalau kesuksesannya saat ini adalah berkat didikan keras bapaknya dulu dan itu
perlu diteruskan kepada kedua anaknya sekarang. Ibu Roy bekerja sebagai
pengarang dan editor sebuah majalah terkenal. Keduanya berusaha mengumpulkan
kemewahan sebanyak-banyaknya untuk keluarga, karena mereka menganggap itulah
peranan paling penting bagi kedua orang tua. Mereka juga tidak percaya terhadap
pengaruh baik dalam memuji anak.
Sosok
Roy digambarkan sebagai anak yang cukup pintar di sekolah, di samping itu, ia
juga sangat menggemari dunia tulis menulis dalam dunia maya, hingga mendapat
penghargaan sebagai blogger terbaik di sekolahnya. Jefri juga tak kalah dengan
abangnya, di sekolahnya, ia ditunjuk sebagai pemeran utama dalam pentas drama
yang akan di adakan oleh sekolah dan dihadiri oleh semua wali murid.
Tapi
nyatanya, Roy dan Jefri tidak terlalu beruntung, ketika Roy mendapatkan
penghargaan, tak sedikitpun ia
medapatkan pujian dari ibunya, yang ada ibunya malah memarahinya dan menganggap
karyanya tak ada apa-apanya ketimbang prestasi yang ibu dulu dapatkan. Begitu
pula jefri, ia mesti harus kebingungan ketika dipinta oleh gurunya untuk
memberi tahu kedua orang tuanya agar hadir dalam pentas dramanya. Kedua orang
tuanya sangat sibuk bekerja, ketika ditelpon, ibu dan bapaknya tak juga mengangkat,
yang ada hanyalah jawaban sibuk dari operator telpon.
Sepanjang
cerita, tak sepatah katapun pujian di lontarkan oleh kedua orang tua Jefri dan
Roy untuk anaknya, meski dengan berbagai prestasi yang sempat mereka dapatkan.
Begitu juga dengan Sudin, teman dekat Roy yang ekonominya masih kurang
bekecukupan. Setiap hari, setiap saat yang Sudin dapatkan juga tak lebih
beruntung dari Roy dan Jefri. Sampai ketika bapak Sudin ditanya, kapan terakhir
kali ia memberikan hadiah untuk anaknya, bapak Sudin menjawab “mungkin ketika
ia berumur dua tahun dulu” .
Karena
kurangnya perhatian dari orang tua, akhirnya Roy dan Sudin terjebak dalam
pergaulan bebas. Membolos dari sekolah dan mencuri menjadi pekerjaan mereka.
Sampai akhirnya Roy dan Sudin tertangkap ketika sedang mencuri di sebuah
supermarket. Tak tertahankan malu kedua orang tua mereka, tapi di balik semua
itu, akhirnya mereka sadar akan kurangnya perhatian mereka terhadap
anak-anaknya.
Geram,
lucu, dan terenyuh saya rasakan ketika melihat film ini. Bahkan emosi saya pun
terpancing ketika melihat sikap kedua orang tua Roy dan Jefri, rasanya ingin
segera punya anak dan memdidik serta menyayanginya sepenuh hati. hehe
Memang adakalanya orang dewasa pun perlu belajar dan banyak mendengar dari anak-anak, memberi ruang kepada mereka untuk mencoba dan menunjukan minat mereka atas sesuatu, tak selamanya orang dewasa itu adalah benar dan anak-anak itu tak tahu apa. Karena, terkadang anak-anak dengan fikiran polosnya ternyata lebih jujur dalam memaknai hidup.
*Dan yang belum nonton, ayo cepet ditonton, ga rugi deh pokoknya... hehe
Tidak ada komentar:
Posting Komentar