Terkadang memang ada orang yang bisa mengingat berbagai macam hal dalam
hidupnya, “gajah selalu ingat” itulah istilah yang di gunakan Mrs.
Ariadne Oliver dalam novel Agatha Christie. Istilah itu digunakan karena ada
cerita tentang ingatan seekor gajah, yang mampu merekam kejadian-kejadian di
masa lampaunya, walau sudah belalu sekian tahun lamanya. Secara kebetulan,
mungkin saya sedikit memiliki “penyakit” aneh tersebut. Tak heran jika semasa
kecil dulu, orang-orang atau lebih tepatnya keluarga saya sering mendapati saya
merengek-rengek sepanjang hari. Bukan karena saya banyak permintaan, karena
seingat saya, ketika kecil dulu saya memang tidak banyak permintaan (saya
temasuk anak yang pendiam dan kalem waktu kecil dulu :D).
Tapi saya akan merengek-rengek
sepanjang hari, jika saya dapati ayah berbicara atau menjanjikan sesuatu kepada
saya dan belum ditepati. Apapun tak akan saya lakukan sebelum hal itu
terwujudkan, dan parahnya lagi kalau sudah seperti itu tak ada kata yang terucap
dari mulut saya kecuali “ayoo yah, yah ayoo.. ayoo yaah..”
sepanjang hari hanya itu. Wal akhir karena sikap saya
yang seperti itu, saya kerap kali jadi bulan-bulanan keisengan ayah saya.
Dengan sengaja, “Avit, nanti sore kita beli sepatu baru yuk..”, atau “malam mau
jalan-jalan ga vit ?” ajak ayah saya sambil mengerlingkan
matanya. Ayah memang sengaja mencandai saya, tapi saya tak bisa menerimanya
begitu saja. Saya akan benar-benar menagihnya sampai terlaksana. Dan korban
satu-satunya dari kericuhan antara saya dan ayah adalah Ibu.
Begitu pun sampai saat ini,
“penyakit” itu masih terus melekat pada diri saya. Walau hanya ucapan sepele
atau kata-kata yang menurut orang lain tak penting, tapi saya tetap
mengingatnya. Seperti halnya kata-kata yang terucap dalam obrolan ringan dan
entah sengaja atau tanpa “ eh lusa kita ke wonderland yu” saat
itu, memory otak saya langsung menyimpannya, “LUSA SAYA KE WONDERLAND”
begitu apiknya catatan itu tersimpan. Sampai tiba waktunya, tak saya dapati
orangnya mengingat hal itu, bahkan tidak sama sekali. Dan hanya kecewa yang
saya dapati.
Ga ada yang salah dalam
hal ini, tapi rasanya efek dari semua itu kini telah tejangkit pada diri saya,
kini saya dapati diri saya tak ingin lagi dijanjikan atau menjanjikan kepada
siapapun “ga usah di omongin, langsung realnya aja”.
Mungkin memang niatnya hanya bercanda, hanya saja saya yang tidak bisa
diajak “bercanda”. Jadi saya pun senantiasa belajar mewajarkan sebuah ke alfaan dan
lagi manusia memang sangat berpotensi untuk lupa, dan saya pun bagian dari
manusia itu. Jadi, ya untuk mengimbanginya, potensi untuk memiliki sikap nerimo pun
harus dimiliki.
Ya dibalik semua itu,
kita bisa sedikit mengerti, kalau memang ada orang-orang yang terlahir dengan
"penyakit" seperti itu. Dan satu lagi, kepercayaan itu
seperti penghapus, jika terlalu sering di pakai untuk menghapus kesalahan maka
ia akan semakin mengecil.
Soo, ingat-ingat yuuk,
pernah ga sih kita menjanjikan sesuatu kepada orang lain yang mungkin saat ini
kita telah melupakannya, tapi jauh disana orang itu masih ingat dan menanti
akan janji yang pernah kita ucapkan. Yaa kan ga lucu juga, kalau ternyata
tagihannya dikasih di akhirat. Hehe
Indah.. :)
BalasHapussemoga ingat ingat yang baik aja, dech, hehe :D
makna nya meluas sekali,
boleh publikasi ke fb ana ukhti , affwan
hehe... syukran..
Hapustafaddal ustadz.. :)