Sabtu, 11 Agustus 2012

Ramadhan di Bumi Kinanah



 Ramadhan di Mesir biasa jatuh pada musim panas. Dengan malam yang singkat,  dan siang yang panjang.  Hal inilah yang menyebabkan berpuasa di Negri Kinanah ini terasa lebih lama, durasi puasanya sekitar 16 jam, dan tentunya kesempatan beribadah di saat puasa pun jadi semakin banyak.


Dalam mengisi bulan Ramadhan, berbagai kegiatan yang bersifat konsumsi untuk rohani banyak dilakoni warga sekitar atau juga para mahasiswa dan mahasiswi yang sedang menuntut ilmu di negri ini. Ada yang mengisinya dengan mengikuti berbagai kajian, baik seputar syariah Islam atau lainnya. Ada  yang mengisinya dengan tahsin atau setoran hafalan al-Qur’an kepada syeikh-syeikh yang ada. Menurut penuturan teman saya, di tengah puasa dan teriknya matahari di siang hari, dia biasa mengisinya dengan tahsin al-Qur’an setiap harinya, walau jarak yang ditempuh tidaklah dekat, “Mumpung ramadhan, buat bekal di akhirat kelak”, katanya sambil tersenyum. Selain itu, ada juga sebagian mahasiswa yang memilih untuk mengais pahala di rumah saja, dengan tadarus atau berdiskusi ringan seputar agama.




Suasana Ramadhan di Mesir berlangsung khidmat. Setiap orang, mulai dari kota hingga desa lebih betah tinggal di masjid. Baik untuk mengkhatamkan al-Qur'an atau mengaji lainnya.  Wajar saja jika selama Ramadhan, shaf  jamaah shalat di masjid tidak berkurang. Terlebih ‘asyroh awakhir , yakni sepuluh hari menjelang Idul Fitri, biasanya sepanjang hari masjid-masjid akan  sesak dipenuhi orang-orang yang mengikuti sunnah Nabi Muhammad dengan beri’tikaf.


Untuk tarawih, hampir di setiap masjid besar di kota Kairo menyelenggarakan shalat tarawih yang cukup lama. Tak jarang setiap malamnya sang imam menghabiskan bacaan 1 juz al-Qur’an sehingga pada akhir Ramadhan akan khatam menjadi 30 juz.



Demikianlah,di bulan Ramadhan kesempatan menuai pahala melimpah. banyak amalan yang bisa dilakukan agar mendapatkan ganjaran yang luar biasa. Dengan memberi sesuap nasi, secangkir teh, atau sebuah kurma. Maka sayang sekali kalau kesempatan itu berlalu begitu saja. Nabi Muhammad Saw bersabda : 


Siapa memberi makan orang yang berpuasa, maka baginya pahala seperti orang yang berpuasa tersebut, tanpa mengurangi pahala orang yang berpuasa itu sedikit pun juga”.


 “Allahumma ath’im man ath’amanii wa asqi man asqoonii

(Ya Allah, berilah ganti makanan kepada orang yang memberi makan kepadaku dan berilah minuman kepada orang yang memberi minuman kepadaku).


Dan uniknya, jika kita berada di Mesir, kita tidak perlu khawatir atau pusing-pusing memikirkan menu berbuka puasa. Karena, di Mesir terdapat tradisi Ramadhan yang bisa disebut dengan Maidatur Rahman, yang kalau diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia menjadi ‘hidangan kasih sayang’.  Maidatur Rahman sendiri adalah hidangan makan gratis yang disediakan bagi orang-orang yang berpuasa. Tak hanya ta’jil, makanan berbuka lainnya juga banyak tersedia. Menunya pun bermacam-macam, mulai dari sekotak nasi dengan kacang-kacangan, daging atau ayam yang dimasak ala mesir sampai ada yang sekelas hotel berbintang.


Maidatur Rahman bisa ditemukan dimana-mana di daerah Mesir. Khususnya di masjid-masjid dan daerah tertentu yang terdapat spanduk bertuliskan “Maidatur Rahman”.  Program ini memang merata di seluruh negri dan berlangsung selama bulan puasa, tanpa diketahui kapan bermulanya. Di daerah Nasr City contohnya, maidatur rahman bisa kita jumpai di daerah Hay-Tsamin, Hay-Sabie’, Hay-el-‘Asyir,  atau juga di daerah Rob’ah Adawea.  

Untuk daerah Rob’ah Adawea, hidangan gratis itu bisa kita dapatkan di sekretariat PPMI di Wisma Nusantara. Seorang dermawan Mesir memang sengaja menyediakan Maidatur Rahman untuk mahasiswa Indonesia, Thailand, Filipina, Turky dan lainya. 


Untuk daerah Hay-Tsamin menu yang dihidangkan biasanya adalah daging yang disemur ala Mesir. Lain halnya dengan Maidatur Rahman yang ada di Hay-Sabie. Menurut teman saya, Maidatur Rahman yang di Sabie' itu lebih spesial dari yang lainnya, " hidangan yang enak itu di Hay-Sabie' karena menunya Cook Door, Mo'men, atau Arabiata", demikian tututnya.

Tidak jarang dari para mahasiswa yang belum pernah menyediakan masakan untuk berbuka, karena mengandalkan hidangan gratis ini. Memang sayang rasanya jika kita melewatkannya, apalagi hidangan ini dianalogikan sebagai hidangan Tuhan, berkah di bulan Ramadhan.

Tidak hanya di tempat-tempat tertentu, bahkan ketika menjelang adzan magrib, kita tidak perlu khawatir tidak bisa berbuka, karena sering kali ada dermawan yang memang sengaja turun ke jalan atau masuk ke dalam angkot-angkot untuk sekedar membagikan kurma atau minuman untuk ta'jil berbuka puasa.

Dari mereka juga ada beberapa relawan yang bersedia menyalurkan bantuan dari para dermawan untuk dibagikan ke rumah-rumah. Mereka mengetuk door to door dan memberikan hidangan itu kepada orang yang memang mebutuhkan.


Dalam salah satu situs liputan khusus Ramadhan untuk daerah Kairo disebutkan, menurut data statistik yang dihimpun oleh universitas al-Azhar Kairo, khusus untuk warga Kairo saja, jumlah para dermawan yang menyumbangkan hartanya untuk pelaksanaan Maidatur rahmah ini mencapai lebih dari 10.000 orang. Adapaun dana yang berhasil dikumpulkan untuk pembiayaannya mencapai 1 milyar Pound Mesir. Tentu bukan jumlah yang sedikit bukan? 

Dalam hal ini, ketika ditanya seputar Maidatur Rahman, mufti Mesir Syeikh Ali Jum'an menyebutkan "dengan Maidatur Rahman, dapat tercipta tolong-menolong terhadap sesama dan memperkuat ikatan persaudaraaan sesama muslim, karena didalamnya terkandung rasa toleransi terhadap orang yang kurang mampu dan membutuhkan"

Setelah melihat fenomena ini, dalam hati saya bertanya "kapan ya saya bisa menemukan Maidatur Rahman di negri saya? semoga.. !! " ()

Tidak ada komentar:

Posting Komentar