Yusuf Dzannun adalah salah
seorang kaligrafer dan tokoh seniman besar yang dimiliki dunia Islam saat ini. Selain
di bidang kaligrafi, beliau juga merupakan seorang peneliti sekaligus penulis
dalam bidang seni budaya dan ilmu pengetahuan. Dr. Abdullah bajuri, seorang
pakar filologi Arab terkemuka mengatakan : “Yusuf Dzannun adalah seorang
pakar filologi dan kaligrafi yang dimiliki oleh dunia arab”. Bahkan beliau juga
mengatakan bahwa Yusuf Dzannun adalah “satu-satunya” pakar di bidang tersebut
dan sangat sedikit pakar yang setara dengannya. Istimewanya lagi, beliaulah
salah satu tokoh yang masih dapat kita temui hingga kini.
Menurut data yang tertera dalam
catatan sipil, Yusuf Dzannun dilahirkan
di Mausil-Irak pada tahun 1932 ,tetapi berita lain mengabarkan kalau sebenarnya
beliau dilahirkan setahun sebelumnya. Mengenai kehidupannya sehari-hari, sejak
kecil Yusuf Dzannun memiliki
kecenderungan dalam bidang-bidang seni, seperti tenun, kerajinan kayu, dan
arsitektur. Hingga akhirnya terjun dalam dunia ilmu pengetahuan.
Yusuf Dzannun lulus dari Akademi
Pendidikan yang bertakhosus dalam bidang pendidikan seni. Keseharian beliau
selalu dipenuhi dengan kaligrafi. Dan dari situlah yang kelak mengantarkan
beliau menjadi master dalam dunia kaligrafi. Mulai dari seorang guru, penasehat
seni kaligrafi, kemudian penasehat umum dalam kantor pendidikan di Ninawa. Hingga
menjadi seorang kaligrafer besar, peneliti ulung, pakar dalam dunia arsitek dan
seni islam. Dan semua itu beliau tempuh tidak dengan waktu yang sebentar,
karena menghabiskan waktu tiga puluh tahun lamanya. Setelah itu, semenjak tahun
1981 beliau memfokuskan semua waktunya untuk mengkaji seni Islam, terutama
dalam bidang kaligrafi.
Jika kita telusuri riwayat hidup Yusuf Dzannun dalam belajar kaligrafi, beliau tidak
belajar dari seorang guru pun sebagaimana lazimnya para kaligrafer, tetapi
beliau memulainya dengan belajar secara otodidak dari buku Muhammad
Izzat, seorang kaligrafer Usmani terkenal yang wafat tahun 1886. Buku Muhammad
izzat sendiri adalah buku langka yang memuat contoh-contoh kaligrafi Turki
Usmani yang diakui keindahan dan kekuatan kaidahnya.
Akhirnya pada
tahun 1957 Yusuf Dzannun pergi ke Turki untuk pertama kalinya. Beliau ingin
mengunjungi tempat-tempat eksotis yang penuh dengan keindahan seni-seni Islam. Dan
pada tahun inilah dimana pandangan beliau terhadap seni islam berubah secara
umum. Terlebih dalam bidang kaligrafi. Karena kunjungan tersebut, akhirnya
beliau menjadikan Turki sebagai kiblat seni yang tidak bosan untuk selalu dikunjungi.
Dalam setiap kunjungannya ke Turki, selain mengunjungi museum,
masjid-masjid, maqam, serta tempat bersejarah lainnya, beliau juga selalu
menyempatkan diri untuk bersilaturahmi dengan Hamid Al-Amidi, seoarang kaligrafer
Usmani terakhir. Selain itu beliau juga berkunjung ke kantor IRICICA di Istanbul
dengan misi untuk mengajak bekerjasama dalam membangun dan melestarikan
seni islam.
IRCICA sendiri merupakan sebuah
lembaga yang memelihara dan menjaga seni kaligrafi, yang dengannya kaligrafi
mengalami perkembangan pesat dalam kurun waktu terahir. Usaha nyata IRCICA di
antaranya adalah dengan mengadakan perlombaan kaligrafi internasional setiap 3
tahun sekali, serta menyelenggarakan berbagai macam seminar tentang kaligrafi.
Yusuf Dzannun
mendapatkan Ijazah khat dari Hamid al-Amidi pada tahun 1966, kemudian
mendapatkan taqdir (penghargaan) dari Kaligrafer yang sama pada tahun
1969. Penghargaan ini terbilang sangat langka dalam dunia kaligrafi dan
dianggap lebih tinggi nilainya daripada ijazah, mengingat hanya dua orang
kaligrafer yang mendapatkannya, yaitu Hashim Muhammad al-Baghdadi (wafat 1973)
dan Yusuf Dzannun sendiri.
*sumber : www.facebook.com/afanin.icmi, dengan sedikit perubahan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar