Jumat, 31 Agustus 2012

Yusuf Dzannun; Sang Maestro Kaligrafi Irak



Yusuf Dzannun adalah salah seorang kaligrafer dan tokoh seniman besar yang dimiliki dunia Islam saat ini. Selain di bidang kaligrafi, beliau juga merupakan seorang peneliti sekaligus penulis dalam bidang seni budaya dan ilmu pengetahuan. Dr. Abdullah bajuri, seorang pakar  filologi Arab terkemuka mengatakan : “Yusuf Dzannun adalah seorang pakar filologi dan kaligrafi yang dimiliki oleh dunia arab”. Bahkan beliau juga mengatakan bahwa Yusuf Dzannun adalah “satu-satunya” pakar di bidang tersebut dan sangat sedikit pakar yang setara dengannya. Istimewanya lagi, beliaulah salah satu tokoh yang masih dapat kita temui hingga kini.

Menurut data yang tertera dalam catatan sipil, Yusuf  Dzannun dilahirkan di Mausil-Irak pada tahun 1932 ,tetapi berita lain mengabarkan kalau sebenarnya beliau dilahirkan setahun sebelumnya. Mengenai kehidupannya sehari-hari, sejak kecil Yusuf  Dzannun memiliki kecenderungan dalam bidang-bidang seni, seperti tenun, kerajinan kayu, dan arsitektur. Hingga akhirnya terjun dalam dunia ilmu pengetahuan.

Yusuf Dzannun lulus dari Akademi Pendidikan yang bertakhosus dalam bidang pendidikan seni. Keseharian beliau selalu dipenuhi dengan kaligrafi. Dan dari situlah yang kelak mengantarkan beliau menjadi master dalam dunia kaligrafi. Mulai dari seorang guru, penasehat seni kaligrafi, kemudian penasehat umum dalam kantor pendidikan di Ninawa. Hingga menjadi seorang kaligrafer besar, peneliti ulung, pakar dalam dunia arsitek dan seni islam. Dan semua itu beliau tempuh tidak dengan waktu yang sebentar, karena menghabiskan waktu tiga puluh tahun lamanya. Setelah itu, semenjak tahun 1981 beliau memfokuskan semua waktunya untuk mengkaji seni Islam, terutama dalam bidang kaligrafi.

Jika kita telusuri riwayat  hidup Yusuf  Dzannun dalam belajar kaligrafi, beliau tidak belajar dari seorang guru pun sebagaimana lazimnya para kaligrafer, tetapi beliau memulainya dengan  belajar secara otodidak dari buku Muhammad Izzat, seorang kaligrafer Usmani terkenal yang wafat tahun 1886. Buku Muhammad izzat sendiri adalah buku langka yang memuat contoh-contoh kaligrafi Turki Usmani yang diakui keindahan dan kekuatan kaidahnya.

Akhirnya pada tahun 1957 Yusuf Dzannun pergi ke Turki untuk pertama kalinya. Beliau ingin mengunjungi tempat-tempat eksotis yang penuh dengan keindahan seni-seni Islam. Dan pada tahun inilah dimana pandangan beliau terhadap seni islam berubah secara umum. Terlebih dalam bidang kaligrafi. Karena kunjungan tersebut, akhirnya beliau menjadikan Turki sebagai kiblat seni yang tidak bosan untuk selalu dikunjungi.

Dalam setiap kunjungannya  ke Turki, selain mengunjungi museum, masjid-masjid, maqam, serta tempat bersejarah lainnya, beliau juga selalu menyempatkan diri untuk bersilaturahmi dengan Hamid Al-Amidi, seoarang kaligrafer Usmani terakhir. Selain itu beliau juga berkunjung ke kantor IRICICA di Istanbul dengan misi untuk mengajak bekerjasama dalam membangun dan melestarikan seni islam.

IRCICA sendiri merupakan sebuah lembaga yang memelihara dan menjaga seni kaligrafi, yang dengannya kaligrafi mengalami perkembangan pesat dalam kurun waktu terahir. Usaha nyata IRCICA di antaranya adalah dengan mengadakan perlombaan kaligrafi internasional setiap 3 tahun sekali, serta menyelenggarakan berbagai macam seminar tentang kaligrafi.

Yusuf Dzannun mendapatkan Ijazah khat dari Hamid al-Amidi pada tahun 1966, kemudian mendapatkan taqdir (penghargaan) dari Kaligrafer yang sama pada tahun 1969. Penghargaan ini terbilang sangat langka dalam dunia kaligrafi dan dianggap lebih tinggi nilainya daripada ijazah, mengingat hanya dua orang kaligrafer yang mendapatkannya, yaitu Hashim Muhammad al-Baghdadi (wafat 1973) dan Yusuf Dzannun sendiri. 




Ustadz Yusuf Dzannun (kiri) bersama Tahsin Omar Thaha (kanan) di kantor IRCICA-Istanbul.


*sumber : www.facebook.com/afanin.icmi, dengan sedikit perubahan.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar